Minggu, 10 November 2019

Jumat 25 oktober 2019
Ayah kau tahu tak, sepeninggal mu semua keluarga kerabat saudara serta teman temanmu berbondong bondong mengantarkamnu ke pemakaman. Mereka yang tidak sempat datang menyusul setelah nya silih berganti sampai hari ini. Kau yang pendiam seolah olah tidak punya teman ternyata memiliki banyak sekali keluarga. Hampir sebagian besar dari mereka memiliki kesan yang baik tentang mu. 
Kau tahu ayah ketika malam malam tiba, saat anak anak lelap tertidur kadang kadang aq masih sesenggukan mengingatmu
Kemarin saat mas fedi inbox wa minta no rekening pun aq tak kuasa menahan air mata ini. Amplop amplop putih yang kuterima dari semuanya yang sebagian besar adalah keluarga kerabat dan teman2mu kubuka dengan menahan sesenggukan ku di malam hari sambil menghela nafas panjang dan melafalkan istighfar . 
Ya Allah ayah, hingga kau pergi seperti nya sudah disiapkan segala sesuatunya 
Ketika awal kau sakit 5 tahun lalu kau benar benar melatih kemandirian ku dan juga kesabaran serta keikhlasan ku. Sampai hari kau pergi aq ikhlas ayah, mungkin yang membuatku menangis terisak isak ketika memikirkan anak anak yang sekarang jadi anak yatim. 
Memikirkan bagaimana nanti aq membesarkan mereka sendirian, mendidik mengarahkan mereka supaya jadi anak anak yang solehah yang akan mendoakan kita dan memberikan mahkota untuk kita di surga kelak. Tugas nya berat ayah, itu yang buat aq menangis 
Bismillah semoga ya Ayah impian ini terwujud Amin. 
Setelah kepergian mu semuanya berjalan seperti biasa, tidak banyak yang berubah Yah. 
Mungkin karena sebelumnya perlahan kau diam diam karena kondisi mu mulai mengurangi peran mu di rumah. Hanya hal hal kecil yang kadang lewat dari perhatian ku karena kau tahu aku sibuk maka kau masih menghandle nya, seperti pesan galon, lpg, bayar pdam dan listrik serta ngisi korek api. Atau kadang2 gigih membetulkan kompor yg belum nyala ketika sudah kusambungkan.
Terkadang aku masih bercerita tentang mu pada anak2 serta teman2 di kantor tentang kebiasaan2 mu seolah2 kamu masih di rumah. Dan hal itu kulakukan tanpa sadar. Mungkin mereka juga berusaha bersikap normal biar aku tidak baper. Tapi kadang baper itu muncul tiba tiba. 
Sepeninggal mu ada beberapa kejadian di dunia politik antara lain penusukan wiranto dan kabinet yang baru yang membuat aku kadang berandai andai mungkin kita sudah asyik membahas hal ini berdua dengan serunya, ah sudahlah.

Kau tahu ayah, Hira tak pernah sekalipun menanyakan tentang mu ayah. Bukan karena dia tak rindu, tapi sepertinya dia tahu pasti kemana kau pergi. Hira juga sudah jarang minta jalan jalan seperti ketika kau ada.  Sekarang dia mulai belajar lepas popok jika siang hari dan tadi ketika aku membeli susu kucoba belikan sippy cup dan botol sedotan untuk melepaskan Hira dari botol dot. Semoga saja berhasil 
Jiha kadang kadang bercerita tentang mu, suatu siang dia memberi kan ku sejumlah uang yang katanya santunan anak yatim dari gurunya. Ah hatiku langsung trenyuh,anak2 yatim sekarang. Mau tidak mau mereka jadi ladang pahala bagi orang2 yang menaruh iba dan kasihan pada kami, padahal mungkin secara finansial aku masih bisa mengusahakannya. Tapi segera kupupus semua itu, kuhapus ke akuanku menyadari bahwa memang mereka anak yatim sekarang bagaimana pun kondisi kami tetap anak2 sudah tidak punya ayah. Sekarang aku hanya memberi jiha pengertian agar dia lebih melasasih kata orang jawa karena dia dan adiknya adalah anak yatim dan bantulah mereka orang2 yang sudah menyantuni kalian dengan mendoakan yang baik untuk mereka

Sementara mbah putri masih tetap sama Yah dengan pemikiran dan cara2 nya yg ora umum dalam  mengatur rumah yang masih menyita emosi ketika menghadapi nya. Saat berbenturan sama mbah ,aku selalu teringat  kalimatmu ayah. Kau selalu bilang "sabar buk, istighfar kalau mbah putri sudah mulai begitu. Ngunu ngunu iku ibukmu yang melahirkan dan membesarkan kamu"
Ya itu pesanmu ayah soal mbah putri. 
Satu lagi pesan mu yang sudah kusampaikan pada keluarga bahwa kau tidak mau diperingati 40hari,100hari,setahun,1000 hari.
Selain itu adalah prinsipmu mungkin kamu juga kasihan membayangkan betapa repotnya ketika menyiapkan semua itu. 

Oh ya ayah, aku belum sempat pergi pamit ke unit hemodialisa dan rekan rekan seperjuangan mu sesama pasien HD di rumah sakit. Tapi mereka sudah dengar kabar kepergian mu ayah. 
Soal hutang mu pada mas lukman dan very sudah kutanyakan dan mereka insyaallah sudah ikhlas ayah, jadi kau bisa tenang ya. 
Aku masih di grup bani muhammadun dan tidak keluar dari WAG itu, aku tidak mau putus silahturahmi dengan mereka ayah. Karena kelak anak2 mu membutuhkan mereka.

Ayah kemarin aku pertama kali makan lagi panggangan bader yang kubeli di pasar setelah sekian lama kau manjakan aku dengan ikan panggangan dari kampung halamanmu yang jauh lebih enak dan durinya tidak menyusahkan 😊😁

Ah rasanya masih ingin bercerita denganmu ayah tentang banyak hal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar