Saat terakhir #2
Selasa 08102019
Ku masuki kamar mandi area kuning untuk mencuci muka dan
berganti pembalut, ketika keluar kudapati perawat sedang memeriksa tekanan
darah ayah . Dengan reflek aku langsung berkata kenapa tensinya di sebelah
kiri, tangan itu digunakan untuk akses cuci darah jadi tidak boleh di pakaikan
tensi meter. Dengan santainya perawat menjawab kalau itu sudah terlanjur dan
tidak apa apa.
Aku keluar berjalan dari igd yang letaknya di ujung sebelah
timur rumah sakit menuju ke unit HD yang ada di ujung barat rumah sakit di gedung
paviliun. Disana para pasien HD sesi satu sudah nimbrung di ruang tunggu
paviliun lantai 1. Kebetulan hari selasa adalah jadwal HD nya ayah tapi sesi 2
jadinya sedikit banyak wajah wajah mereka tidak asing buatku. Mereka belum ada
yang masuk ruangan jadi kuputuskan merebahkan diri di sofa tosca lobi paviliun
sambil menunggu. Tanpa sadar ternyata aku ketiduran dan begitu terbangun aku
lihat sekelilingku sudah sepi dan kosong yang artinya mereka semua sudah masuk
ke dalam ruangan unit HD. Kulangkahkan kakiku kedalam ruangan untuk melapor
pada petugas perawat HD kalau ayah ada di igd dan masuk sesi 1 ,eh ternyata
ayah sudah di ruangan dan siap untuk proses HD. Rupanya karena ketiduran tadi
ternyata pihak igd dan HD sudah terlebih dulu berhubungan untuk HD ayah. Mas
wanto, perawat HD yang menangani ayah tersenyum menyapa kami dan menggoda ayah.
Terakhir ayah tidak sadar juga ditangani oleh mas Wanto. Proses HD hari itu
berjalan lancar tidak ada kendala sama sekali , ayah dalam kondisi sadar
malahan masih sempat mengerlingkan mata padaku ketika mas Wanto menanyakan
tingkat kesadarannya sambil menggoda kami berdua dan akhirnya ayah memutuskan
untuk pulang setelah HD. Aku tidak menghubungi keluarga ayah yang ada di
Paciran perihal masuk igd kali ini. Biasanya aku selalu mengabari mereka
seperti terakhir kali sebulan yang lalu. Masih jam 12an saat itu ketika proses
HD selesai, kami berjalan keluar bersama dengan ayah jalan tanpa alas kaki
karena masuk igd semalam. Pak suwandi salah satu pasien HD sesi 3 menyapa kami
dan ayah membalasnya dengan senyuman santai. Aku memesan transportasi online
untuk mengantar kami pulang, sepanjang perjalanan pulang ke rumah entah kenapa
tidak satupun dari kami berdua berbincang. Kami sibuk dengan pikiran kami
masing masing, aku bahkan siap untuk menggodanya nanti sesampainya di rumah
perihal HD selasa yang hari ini pulang lebih awal hanya karena berangkatnya
juga lebih “awal” melalui igd. Jam 1an kami sudah sampai di rumah dan aku
merasa capek sekali, segera aku ke kamar untuk rebahan menikmati kasur yang
semalam aku tinggalkan. Waktu ashar datang, saat itu entah kenapa kita
berbincang tentang hutang yang kami tanggung masing masing dan kewajiban
pasangannya untuk membereskan jika salah satu meninggal dunia. Dengan saling
bercanda kau menjawab pasrah apabila aku yang dipanggil duluan, dan aku
menimpali dengan bercanda sambil menanyakan dimana saja hutangmu. Pada mas
Lukman dan temanmu very, ya itu jawabanmu dan aku masih mengingatnya.
Malam harinya belum terlalu larut aku sudah merasa mengantuk
sekali, aku pamit padamu untuk tidur lebih dulu di ranjang mbah kakung
sementara dirimu tidur di kasur depan TV dengan Jiha dan Hira masih belum
berhenti bergerak kesana kemari dengan aktifnya. Memang saat itu Hira suka
sekali tidur larut. Aku tidak tahu jam berapa Hira tidur di sampingku , yang
kutahu ketika aku terbangun malam malam sudah ada Hira tidur di sampingku
dengan bantalan lengan ku dan aku melihat ayah sepertinya belum tidur dan
bergerak gerak seperti gelisah. Rasa kantuk dan capekku lebih kuat saat itu
hanya untuk sekedar bertanya ada apa dengan ayah. Itu satu hal yang kusesali
kenapa malam itu aku tidur terpisah dengannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar