2010-2011
Beberapa minggu ini anak anak saya
ajak untuk menuangkan pengalaman pribadi mereka dalam sebuah tulisan. Kebetulan
materi yang sedang saya sampaikan adalah teks recount. Sebelumnya saya ajak
anak anak melihat di lab selama dua jam pelajaran. Setelah melihat tayangan
tersebut di kelas pada pertemuan berikutnya saya mencoba menanyakan beberapa
hal yang mereka ketahui tentang tayangan pada pertemuan sebelumnya.
“ anak anak yang kalian lihat
kemarin apa ya?”, “film bu…” , “cerita bu….” , “petualangan bu…” beberapa anak
menjawab dengan berteriak. “ya saya rasa kalian sudah hafal betul bagaimana
jalan cerita dari film kemarin. Dengan panjang lebar saya menjelaskan dan
menggiring anak anak masuk ke dalam materi recount.
Saya bahkan menyanyikan lagu “pada
hari minggu kuturut ayah ke kota,
naik delman istimewa ku duduk di muka, kududuk samping pak kusir yang sedang
bekerja………………….” Saya memakai lagu itu karena menurut saya lagu itu cukup
mewakili langkah langkah retorika dalam paragraph recount.
Setelah selesai menjelaskan saya
minta anak anak untuk menuliskan pengalaman pribadi mereka dalam selembar
kertas hvs yang sebelumnya sudah saya mereka untuk menyiapkannya.” Ok students,
now write your own experience in a piece of paper, saya minta kalian menuliskan
pengalaman pribadi kalian dalam selembar kertas sebanyak 100 kata.” ,
“buuuuuu…………………,maaammmm………….” Serentak seluruh kelas berteriak. “In Indonesia
…” , “ oooohhhh….”.
ketika saya minta anak anak menulis
dalam bahasa Indonesia semua kembali tenang, saya beri mereka waktu 30 menit
untuk menulis. Ternyata belum sampai 30 menit sudah banyak anak anak yang menulis
lebih dari 100 kata. Di menit ke 30 saya minta mereka menghentikan aktifitas
menulisnya. Tampaknya mereka menikmati menceritakan pengalaman pribadi mereka
dan tidak rela kalau ceritanya putus di tengah jalan. Kegiatan saya lanjutkan,
berikutnya saya minta anak anak untuk merubah tulisan mereka yang sebelumnya
dalam bahasa Indonesia menjadi bahasa inggris. Beberapa anak terlihat cemberut,
“ bu susah gak bisa..” , “ anak anak yang saya minta adalah kalian mengganti
dengan kata yang kalian tahu. Sekiranya nanti ada yang kalian tidak tahu atau
kesulitan cukup kalian tinggalkan saja tulis dengan kata semula dalam bahasa
Indonesia ok!”
Kalau sebelumnya saya minta anak
anak menuliskan 100 kata untuk kegiatan ini saya hanya meminta anak anak
mengganti kata dalam bahasa Indonesia ke bahasa inggris minimal 25 kata dengan
syarat mereka tidak boleh bertanya pada saya ataupun membuka kamus dengan
batasan waktu 20 menit. Saya hanya membolehkan anak anak bertanya pada
temannya.
Saya kemudian mengamati anak anak,
mereka sibuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari teman mereka masing masing.
Memang proses interaksi berjalan dengan baik dalam kelas, tapi saya tampaknya
melupakan bahwa anak anak yang notabene masuk kelompok anak yang pandai sedikit
terganggu dengan teman teman mereka. Waktu mereka tersita untuk menjawab
pertanyaan temannya, walaupun begitu sepertinya dari raut wajah mereka tidak
tampak keberatan dengan “gangguan” yang mereka alami. Beberapa anak bahkan
bertanya apakah boleh mereka mengganti lebih dari 25 kata dan saya pun
membolehkannya.
Ketika waktu sudah habis saya minta
mereka untuk mengumpulkan hasil pekerjaan mereka. Waktu itu masih tersisa waktu
kurang lebih sepuluh menit,saya memanfaatkan waktu dengan membacakan beberapa tulisan anak anak
yang saya ambil dengan acak. Sambil
membaca saya menanyakan langkah langkah
retorika dari tulisan teman mereka.sepertinya mereka antusias sekali
mendengarkan cerita teman mereka sementara anak yang ketepatan ceritanya dibaca
hanya tertunduk dan tersipu malu.
Kemudian saya membagikan hasil kerja mereka
pada temannya secara acak dan meminta mereka menghitung banyaknya kata yang
sudah mereka ganti dalam bahasa inggris.
Kurang lebih tiga menit sebelum jam
pelajaran saya berakhir saya minta mereka menuliskan hasil penghitungan mereka
di lembaran milik teman mereka masing masing dan mengumpulkannya kembali ke
saya.
Dalam perjalan menuju ruang guru
sambil berjalan saya membaca sedikit tulisan mereka yang jadi campur baur
antara bahasa Indonesia dan inggris. “ on day Sunday I pergi with I sister ke Surabaya….”, “ at mall I buy baju that my sister pilih for
I “
Lucu memang kalau saya baca tulisan
anak anak,saya jadi sadar tugas saya selanjutnya adalah bagaimana saya bisa
membuat anak anak bisa menulis sebuah paragraph recount dengan langkah langkah
retorika yang tepat dan tata bahasa yang benar. Mengingat yang sudah saya
lakukan sebelumnya di kelas saya jadi punya target
–
anak anak harus bisa
menulis sebuah paragraph recount sebanyak 100 kata dengan langkah retorika dan
tata bahasa yang tepat –